ILUSTRASI |
Berbagai perabotan rumah tangga
terbuat dari kayu, alat komunikasi ,
elektornik dan barang lainnya yang sudah
berusia sampai ratusan tahun, masih bisa dilihat. Itu belum semuanya. “Di rumah
saya di Jakarta, masih banyak lagi,” kata Ir Jimmy Siahaan MCP, sang pemilik
barang antik tersebut.
Seluruh barang-barang antik milik Jimmy, hampir memadati seluruh bagian rumahnya. Sangkin banyaknya, Jimmy pun tidak ingat lagi
jumlahnya. “Tapi kalau ada yang hilang, saya pasti tahu,” ungkap Jimmy Siahaan.
Hobi mengkoleksi barang-barang antik
di hati pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) memang sangat besar. Bila sudah suka, kata Jimmy,
meski tidak ada uang, hutangpun jadi.
Maka tak heran, sosok pria ini di
kalangan kolektor dan penggemar barang-barang antik di Tanah Air khususnya di
Kota Medan, sudah tak asing lagi. Bahkan, sejumlah orang penting di Kota Medan,
kecantol dengan koleksinya, hingga rela mengeluarkan uang ratusan juta rupiah.
Meski banyak berminat membeli
koleksinya, Jimmy tidak menjadikan rumahnya layaknya sebuah toko penjual barang
antik. “Saya tidak membuka. Kalau kebanyakan bisa mengganggu privasi, akhirnya
mengganggu,” tukasnya.
Hobi mengkoleksi barang-barang antik,
sejatinya mulai digeluti Jimmy, ketika masih mahasiswa jurusan Arsitek di
Institut Teknologi Bandung (ITB) sejak tahun 1972 lalu.
Sebagai anak perantauan yang ekstra
hati-hati dalam pengeluaran, dia memilih membeli kebutuhan perabotan di kamar kostnya dari pasar loak di Bandung.
“Ini lah yang pertama kali saya beli,”
ungkap Jimmy sembari menunjukan sebuah kursi putar unik berbahan kayu .
ILUSTRASI |
Jimmy mengaku lebih menyukai
barang-barang antik berbahan kayu, terutama mebel seperti lemari, kursi, meja
dan sebagainya. Tak heran, kebanyakan barang koleksinya adalah mebel.
“Saya senang melihat barang-barang
dari kayu, apalagi kalau diletakkan,”
terangnya tersenyum.
Jimmy masih ingat, ketika hobinya kepada barang antik
menggebu, sempat membuat pemilik kostnya
gerah. “Jangan beli barang-barang, nanti penuh rumah saya,” ujar Jimmy
mengingat teguran pemilik kost kepadanya ketika itu.
Namun demikian, semangat Jimmy untuk mengkoleksi
barang-barang tua, terus berlanjut sampai saat ini. Paling banyak barang-barang
antik itu diperolehnya di Pulau Jawa. Ketika masih aktif sebagai PNS dan sering
bertugas ke luar kota. “Paling banyak dari Surabaya, Malang dan Semarang,”
ungkapnya.
Hingga pada tahun 1990-an, Jimmy terpikir mendirikan sebuah resort
dengan suasana antik di Tapanuli. Namun karena harga tanahnya mahal, dia
memilih akhirnya membeli rumah yang ditempatinya sekarang dan memindahkan
sebahagian barang-barang koleksi ke Medan. Namun, rumah ini baru ditempatinya
pada tahun 1995 setelah berhenti bekerja.
Di rumah inilah, Jimmy sekarang memanfaatkan masa tuanya
lebih fokus dengan koleksinya. Setiap barang koleksi yang dilihatnya, membawanya alam pikirannya menyaksikan masa
lampau.
(Coki Simatupang|MID MAGZ)
Komentar